Si Kecil Telat Bicara, Apa yang Salah?
A
A
A
JAKARTA - Kasus terlambat bicara yang dialami anak-anak, sebenarnya bisa saja terjadi karena anak melewati tahapan krusial dalam perkembangannya. Minimnya stimulasi ditambah kebiasaan buruk yang diterapkan dalam keseharian, tak ayal membuat anak sulit bicara. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang menyalahkan si anak. Padahal telat bicara (speech delay) bukanlah murni kesalahan si kecil.
Sebut saja kurangnya kesempatan orang tua dan anak untuk berkomunikasi misalnya. Hal ini lantaran kesibukan orang tua sehingga anak dititipkan kepada pengasuh. Kemampuan berbicara tidak serta merta didapat begitu saja, melainkan melalui tahapan-tahapan tertentu yang berguna untuk melatih otot artikulasi anak.
Menurut dr. Anne Gracia, praktisi neurosains terapan, jika anak terlambat bicara orangtua juga perlu mengingat kembali apakah ada tahapan-tahapan krusial yang dilewati si kecil. Misalkan saat anak menyusu apakah ia piawai menggerakkan rahang dan lidahnya saat ‘memijat’ payudara. Ini sebenarnya termasuk dalam latihan bicara.
Jika bayi memiliki masalah dalam proses mengunyah atau menyedot maka hal ini akan membuat anak telat bicara. Pergerakan otot sekitar mulut dan leher sebagai organ pembentuk perbedaan bunyi ini perlu mendapat perhatian. Anak yang tidak bisa minum dari gelas atau menggunakan sedotan bisa jadi indikasi dari telat bicara. Hal ini berhubungan pula dengan pola pemberian makan. Anak yang terlalu lama diberi makanan lembut, tidak melatih otot-otot artikulasinya.
Usia 1 tahun seharusnya anak sudah diberi makanan sama dengan keluarga di rumah. Hanya porsinya yang lebih sedikit. Pemberian makanan padat ini tidak hanya mencukupi gizi tapi juga melatih organ-organ yang berhubungan dengan bicara.
“Latihan atau stimulasi untuk mempersiapkan otot artikulasi diawali pada fungsi meyedot dan mastikasi (mengunyah) terlebih dahulu baru menelan,” kata Anne. Sebaiknya, lanjut Anne, di usia anak 2,5-3 tahun orang tua sudah mengecek kemampuan apa saja yang sudah harus dimiliki anak usia tersebut.
“Latihan atau stimulasi untuk mempersiapkan otot artikulasi diawali pada fungsi menyedot dan mastikasi (mengunyah) terlebih dahulu baru menelan,” kata Anne.
Dia melanjutkan, orangtua juga sebaiknya harus yakin dulu apakah organ anak untuk memproduksi suara berfungsi dengan baik. "Bisa dilihat dari bayi baru lahir, bayi yang menangis dan mengeluarkan bunyi-bunyian berarti potensi awal untuk dia bicara sudah terlihat. Kalau tidak ada tangisan, tidak ada suara maka ada gangguan permanen,” pungkasnya. (Sri Noviarni)
Sebut saja kurangnya kesempatan orang tua dan anak untuk berkomunikasi misalnya. Hal ini lantaran kesibukan orang tua sehingga anak dititipkan kepada pengasuh. Kemampuan berbicara tidak serta merta didapat begitu saja, melainkan melalui tahapan-tahapan tertentu yang berguna untuk melatih otot artikulasi anak.
Menurut dr. Anne Gracia, praktisi neurosains terapan, jika anak terlambat bicara orangtua juga perlu mengingat kembali apakah ada tahapan-tahapan krusial yang dilewati si kecil. Misalkan saat anak menyusu apakah ia piawai menggerakkan rahang dan lidahnya saat ‘memijat’ payudara. Ini sebenarnya termasuk dalam latihan bicara.
Jika bayi memiliki masalah dalam proses mengunyah atau menyedot maka hal ini akan membuat anak telat bicara. Pergerakan otot sekitar mulut dan leher sebagai organ pembentuk perbedaan bunyi ini perlu mendapat perhatian. Anak yang tidak bisa minum dari gelas atau menggunakan sedotan bisa jadi indikasi dari telat bicara. Hal ini berhubungan pula dengan pola pemberian makan. Anak yang terlalu lama diberi makanan lembut, tidak melatih otot-otot artikulasinya.
Usia 1 tahun seharusnya anak sudah diberi makanan sama dengan keluarga di rumah. Hanya porsinya yang lebih sedikit. Pemberian makanan padat ini tidak hanya mencukupi gizi tapi juga melatih organ-organ yang berhubungan dengan bicara.
“Latihan atau stimulasi untuk mempersiapkan otot artikulasi diawali pada fungsi meyedot dan mastikasi (mengunyah) terlebih dahulu baru menelan,” kata Anne. Sebaiknya, lanjut Anne, di usia anak 2,5-3 tahun orang tua sudah mengecek kemampuan apa saja yang sudah harus dimiliki anak usia tersebut.
“Latihan atau stimulasi untuk mempersiapkan otot artikulasi diawali pada fungsi menyedot dan mastikasi (mengunyah) terlebih dahulu baru menelan,” kata Anne.
Dia melanjutkan, orangtua juga sebaiknya harus yakin dulu apakah organ anak untuk memproduksi suara berfungsi dengan baik. "Bisa dilihat dari bayi baru lahir, bayi yang menangis dan mengeluarkan bunyi-bunyian berarti potensi awal untuk dia bicara sudah terlihat. Kalau tidak ada tangisan, tidak ada suara maka ada gangguan permanen,” pungkasnya. (Sri Noviarni)
(nfl)